Wednesday, 13 January 2016

Kebahagiaan

Sudaraa ...

Kebahagiaan tak akan pernah datang sendirinya
Kebahagiaan tidak akan pernah ada jika kita tidak menginginkannya

Kita hidup di dunia pasti mengejar yang namanya kebahagiaan, berlomba-lomba untuk mewujudkan itu. Mulai dari memperbanyak harta, mengingingkan jabatan, mempunyai istri banyak, dan lain sebagainya dengan melakukan cara yang terkadang menimbulkan resiko yang sangat berat. Namun kita tetap lakukan itu semua karena hanya ingin mencari kebahagiaan.

sudara ...
kebahagian dibagi menjadi dua, kebahagiaan yang abadi dan kebahagian yang sementara. Jika kita ingin kebahagiaan yang sementara, itu adalah kebahagiaan yang sifatnya duniawi dan caranyapun bisa dengan cara instan. namun jika ingin kebahagiaan abadi, dengan cara yang sesuai dengan aqidah dan semua itu ada di dalam agama kita. memperdalam agama bisa membuat hatimu tentram tanpa ada beban fikiran yang selalu menghantuimu

Kisah Untuk Pencaari Ilmu

Ada seorang santri dari Indonesia menuntut ilmu di Rubath Tarim pada zaman Habib Abdullah bin Umar Asy-Syathiri. Setelah di sana 4 tahun, santri itu minta pulang. Dia pamit minta izin pulang kepada Habib Abdullah.
“Habib, saya mau pulang saja.”
“Lho, kenapa?” tanya beliau.
“Bebal otak saya ini. Untuk menghafalkan setengah mati, tidak pantas saya menuntut ilmu, saya minta izin mau pulang.”
Habib Abdullah berkata “Jangan dulu, sabar.”
“Sudah Bib, saya sudah empat tahun bersabar, sudah tidak kuat, lebih baik saya menikah saja.”
Lalu beliau berkata “Sebentar, saya mau mengetes dulu bagaimana kemampuanmu menuntut ilmu.” santri itu menjawab “Sudah bib, saya menghafalkan setengah mati, tidak hafal- hafal.”
Habib Abdullah kemudian masuk ke kamar, mengambil surat-surat untuk santri itu. Pada masa itu surat-surat dari Indonesia ketika sampai di Tarim tidak langsung diberikan. Surat tersebut tidak akan diberikan kecuali setelah santri itu menuntut ilmu selama 15 tahun.
Kemudian Habib Abdullah menyerahkan seluruh surat itu kepadanya, kecuali satu surat.
Setelah diterima, dibacalah surat-surat itu sampai selesai. Satu surat yang tersisa kemudian diserahkan.
“Ini surat siapa?” tanya Habib.
“Owh, itu surat ibu saya.”
“Bacalah!”
Santri itu menerima surat dengan perasaan senang, kemudian dibacanya sampai selesai.
Saat membaca, kadang dia tersenyum sendiri, sesekali diam merenung, dan sesekali dia sedih.
“Sudah kamu baca?” tanya beliau lagi.
“Sudah ya habib.” “Berapa kali?” tanya beliau.
“Satu kali ya habib." “Tutup surat itu! Apa kata ibumu?”
“Ibu saya berkata saya disuruh mencari ilmu yang bener, bapak sudah membeli mobil baru. Adik saya sudah diterima bekerja di sini, dan lain-lain.”
Isi surat yang panjang itu dia berhasil menceritakannya dengan lancar dan lengkap. Tidak ada yang terlewatkan.
“Baca satu kali kok hafal? Katanya bebal gak hafal-hafal, sekarang sekali baca kok langsung hafal dan bisa menyampaikan.” kata Habib dengan pandangan serius.
Santri itu bingung tidak bisa menjawab. Dia menganggap selama ini dirinya adalah seorang yang bodoh dan tidak punya harapan. Sudah berusaha sekuat tenaga mempelajari ilmu agama, dia merasa gagal. Tetapi membaca surat ibunya satu kali saja, dia langsung paham dan hafal.
Habib Abdullah akhirnya menjelaskan kenapa semua ini bisa terjadi. Beliau mengatakan:
ﻷﻧﻚ ﻗﺮﺃﺕ ﺭﺳﺎﻟﺔ ﺃﻣﻚ ﺑﺎﻟﻔﺮﺡ ﻓﻠﻮ ﻗﺮﺃﺕ ﺭﺳﺎﻟﺔ ﻧﺒﻴﻚ ﺑﺎﻟﻔﺮﺡ
ﻟﺤﻔﻈﺖ ﺑﺎﻟﺴﺮﻋﺔ
“Sebab ketika engkau membaca surat dari ibumu itu dengan perasaan gembira. Ini ibumu, coba jika engkau membaca syariat Nabi Muhammad Saw dengan bahagia dan bangga, ini adalah Nabiku, niscaya engkau sekali baca pasti langsung hafal. ”
Banyak saudara-saudara kita (atau malah kita sendiri) yang tanpa sadar mengalami yang dirasakan santri dalam kisah di atas. Jawabannya adalah rasa cinta. Kita tidak menyertakan perasaan itu saat membaca dan mempelajari sesuatu, sehingga kita merasa diri kita bodoh dan tidak punya harapan sukses.
Banyak orang merasa bodoh dalam pelajaran, tetapi puluhan lagu-lagu cinta hafal di luar kepala. Padahal tidak mengatur waktu khusus untuk menghapalkannya.
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻓﺘﺢ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻓﺘﻮﺡ ﭐﻟﻌﺎﺭﻓﻴﻦ ﻭﺍﺭﺯﻗﻨﺎ ﻓﻬﻢ ﺍﻟﻨﺒﻴـﻴﻦ ﻭﺇﻟﻬﺎﻡ ﭐﻟﻤﻼﺋﻜﺔ
ﺍﻟﻤﻘﺮﺑﻴﻦ ﺑﺮﺣﻤﺘﻚ ﻳﺂ ﺃﺭﺣﻢ ﺍﻟﺮﺍﺣﻤﻴﻦ
(Habib Abdullah bin Umar Assyatiriy adalah ayahanda Habib Salim bin Abdullah Assyatiriy)
🌼🌼Semiga Bermanfaat🌼🌼
💜💜Salam Santun Erat Silaturahmi Wa Ukhuwah Islamiyah Fillaah💜💜
Copasan dari Muhammad Habibi Alatas

Tuesday, 12 January 2016

Perempuan Masa Kini

Bismillah walhamdulillah,
 Puji serta syukur selalu kita pamjatkan kepada Allah Ta'ala yang masih memberikan kita hidup untuk senantiasa beribadah kepadanya.

Sudara, Dulu sebelum Rasulullah SAW diutus menjadi Nabi , Perempuan dizaman jahiliyyah begitu murah.. Menjadi bahan pemuas Nafsu belaka..
Setelah Rasulullah SAW diutus dengan membawa risalah kenabian, Rasulullah mengangkat tinggi derajat Wanita...
Tapi sekarang banyak lagi ,
Wanita yang menjatuhkan derajat dan harga dirinya dengan mengUPLOAD foto telanjangnya, mengumbar auratnya di media sosial...
Fotonya yang membuka aurat dipajang di media sosial untuk menjadi ladang pujian dan sorotan mata lelaki...
Tidak malu ??
Tidak menghargai Rasulullah yang telah meninggikan harkat dan martabat mu ??

Alhabib umar bin muhammad bin salim bin hafidz mengatakan..
"Sekecil nya dosa , akan menjadi bencana besar di hari qiyamat nanti"
Semoga Allah menjaga kita..
Amiinn...

Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Alhamdulilla bini'matillah ...
Untaian puji serta syukur kite panjatkan kehadirat Allahu Robbi, yang senantiasa memberikan kita berbagai macam nikmat-nikmatnya sehingga kita bisa menjalankan rutinitas kita seharihari.

sudara ...
pada kesempatan ini saya akan membahas tentang Manusia Sebagai Makhluk Sosial. Manusia ketika dilahirkan sudah menjadi makhluk sosial yang mana tidak bisa hidup sendiri, buktinya ketika kita keluar dari rahim ke dunia, dengan keadaan telanjang tanpa benang sedikitpun menutupi tubuh kita, bercak darah yang menempel di tubuh kita, serta tali pusar yang masih menyatu dengan tubuh ibunda kita. belom lagi keadaan kita masih belum bisa mendengar dan melihat, belum bisa berbicara hanya bisa menangis dan belum tau apa"n yang tak akan mungkin dalam keadaan seperti itu kita bisa menjalani hidup tanpa bantuan orang lain.

Dengan bantuan orang lain tubuh yang penuh darah itu dibersihkan, diberi kehangatan, diberikan baju atau pakaian yang bagus, dan lain sebagainya. Kita diajari berbagai macam pelajaran oleh orangtua kita, di besarkan dengan penuh kasih sayang. Ketika kita beranjak remajapun kita masih membutuhkan orang lain, tidak bisa hidup sendiri.

Bahkan ketika dewasa sampai usia kita mencapai usia lanjut, kita tidak akan pernah bisa hidup sendiri, dan sampai nafas kita berhenti kita masih membutuhkan orang lain untuk menghantarkan kita ke peristirahatan terakhir kita.

Wednesday, 6 January 2016

Tips Mendapatkan Anak yang Sholeh Sholehah

Salah satu cara untuk mendapatkan anak yang Sholeh dan Solehah adalah dengan selalu memberikannya makanan dan minuman yang halal dari cara yang halal pula. Jangan sampai anak-anak kita diberikan makan yang haram, karena makanan yang haram sangat dilarang oleh agama juga tidak baik untuk kesehatan tubuh kita.

Oleh sebab itu jauhkanlah makanan dan minuman yang haram, jangan sampai apa apa yang masuk kedalam perut kita hanya menjadi darah di dalam tubuh kita.

Jangan Jadikan Hp Sebagai Pedomanmu

Pada zaman berteknologi canggih pada saat ini, handphone atau gadget sudah pasti dimiliki oleh setiap orang.
Namun tanpa disadari, sekarang hp sudah menjadi hal yang penting atau bisa dibilang sebagai aset yang sangat berharga. Semua data dimasukkan kedalam satu hp, mulai dari foto, video, dokumen-dokumen penting, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, bahkan ketika kita bangun tidur, bukan mengucapkan Alhamdulillah karena Allah telah memperpanjang umur kita, namun yang kita lakukan adalah langsung mencari dimana hp kita.
Belom lagi apabila dibandingkan dengan panggilan Allah ta'ala jika dibandingkan dengan bunyi telepon dari clien kita terkadang kita lebih mementingkan panggilan yang berbunyi melalui hp kir=ta dibandingkan dengan panggilan dari tuhan kita.

MasyaAllah sudara, di zaman berteknologi saat ini bukannya menjadikan kita lebih baik, justru terkadang membuat kita jauh dari Allah ta'ala.
Karena itu sudara, marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita, mendahulukan kewajiban diatas kewajiban yang lain dan semoga Allah senantiasa merahmati disetiap langkah kaki kita

aamiiin

Prasangka Diskriminasi dan Integrasi Masyarakat

A.    Sikap dan Prasangka
Prasangka merupakan sikap sosial, yaitu kecenderungan (yang bersifat perasaan dan pandangan) untuk berespon (positif/ negatif) terhadap orang, objek, atau situasi. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Kaena dalam sikap terdapat suatu kecenderungan berespons, maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya diketahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukannya bila bertemu dengan objeknya.
1. Pembentukan sikap
Sikap merupakan reaksi atao respon seseorang terhadap suatu obyek tertentu yang mengandung suatu pemikiran baik atau buruk, setuju atau tidak setuju karena adanya stimulus dari luar yang mengakibatkan suatu tindakan tertentu.
Sikap terbentuk karena beberapa hal diantaranya adalah;
a.        Terbentuk karena factor genetic
Terbentuknya sikap antara individu yang satu dengan yang lain pasti berbeda-beda, ini di sebabkan karena factor genetic dan pola hidup yang berbeda-beda pula.
b.      Terbentuk karena adanya pengelaman.
Kerena sikap yang berasal dari pengalaman sehingga sikap di upayakan dengan cara pendidikan , pelatihan, dan sebagainya.
c.      Terbentuknya karena norma-norma yang telah di hayati sebelumnya.
d.   Terbentuknya karena meniru sikap di pihak lain yang pernah di ketahuinya.
e.   Karena adanya interaksi dengan obyek tertentu baik interaksi dalam kelompok maupum dari luar.
2. Fungsi sikap
a. Fungsi instrumental
Dikatakan demikian karena sikap yang kita pegang mempunyai alas an untuk mendapatkan suatu manfaat yang semata-mata mengekspresikan keinginan kita untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
b. Fungsi nilai ekspresif
Sikap yang mengspresikan atas mencerminkan konsep diri kita terhadap suatu obyek tertentu.
c. Fungsi perubahan ego
Sikap yang berfungsi melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagai harga diri kita.
d. Fungsi penyesuaian social
Dengan sikap tertentu kita dapat menjadi anggota dari suatu komunitas tertentu.
3. Pembentukan Prasangka
Seorang individu atau kelompak yang mempunyai prasangka terhadap individu/kelompok lain akan memandang segala fakta yang baik akan menjdi propaganda.
Terbentuknya prasangka itu sendiri terbentuk dalam masa perkembangan seseorang bukan di bawa sejak lahir dan sama halnya dengan sikap. Karna terbentuknya pada masa perkembangan seseorang maka orang tua di anggap guru utama Prasangka pada saat seseorang masih usia dini. Selain itu teman juga seseorang yang mempengarui prasangaka pada saat dalam usia sekolah.dan lingkunngan sekitar menjadi pengaruh prasangka pada usia dewasa dan tua.
Selain itu hal yang dapat mempengarui terbentuknya prasangka pada seseorang adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan antar kelompok/ perbedaan antar ras atau etnis.
Prasaangka yang bersumber dari perbedaan etnis dapat di temukan pada masarakat heterogen. Yang mempunyai latar kebudayaan yang berbeda-beda. Sedangkan yang ber sumber dari perbedaan ras dapat di temukan dalam masyarakat yang multirasial seperti amerika dan negara-negara eropa lainya.
b. Perbedaan idiologi
Ini terjadi pada masarakat di Negara yang memiliki idiologi yang kuat terhadap idiologi lain yang menjadi lawanya.
c. Perbedaan yang bersumber dari kejadian historis.
Contohnya:prasangka terhadap orang yang berkulit putih terhadap negro di amerika serikat. Yang berkar dari sejarah pebudakan orang-orang negro pada 300san tahun yang lalu. Walupun sekarang orang-orang negro sudah bangkit tetapi tetap saja orang-orang berkulit putih menganggap orangt negro sebagai manusua pemalas,bvodoh dll.
d. Kesenjangan social kelompok mayoritas tehadap kelompok minoritas.
4.      Hal hal yang mempengaruhi perubahan sikap
1. Karateristik sistem sikap
a. Sikap extreme
Yaitu sikap yang sulit diubah baik dalam perubahan yag kongruen maupun yang inkongruen. Perubahan kongruen adalah perubahan yang searah yakni bertambahnya drajat kepositifan atau kenegatifan dari sikap semula. Sedangkan perubahan inkongruen adalah perubahan sikap kearah yang berlawanan. Yang semula positif menjadi negative dan sebagainya.
b. Multifleksitas
Yaitu suatu sikap yang mudah diubah secara kongruen tetapi sulit diubah secara inkongruen atau sebaliknya
c. Konsistensi
Yaitu sikap yang stabil karena adanya komponen yang saling mendukung. Sikap ini mudah dirubah secara kongruen, sedangkan sikap yang tidak stabil lebih mudah diubah secara inkongruen.
d. Interconnectedness
Yaitu keterikatan suatu sikap dengan sikap lain yang saling berhubungan. Contohnya ketaaatan seseorang terhadap agama yang dianutnya dikaitkan dengan kencintaan yang begitu mendalam kepada orang tuanya yang telah meninggal karena agama yang sama. Sikap ini sulit diubah scara inkongruen.
2. Kepribadian individu
Perubahan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh aspek aspek kepribadian. Adapun aspek aspek kepribadian tersebut adalah:
a. Intelegensi
Tingkat pemahaman seseorang dalam memahami suatu informasi sangat mempengaruhi sikapnya.
b. General persuasibility
Adalah kesiapan seseorang untuk menerima pengaruh social tanpa memandang komunikatornya, topic, media, dan komunikasinya.
c. Self defensiveness
Yaitu kecenderungan seseorang untuk mempertahankan sikapnya demi mempertahankan hargadirinya.
3. Afisiliasi kelompok
Perubahan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh dukungan kelompok terhadap dirinya. Seseorang yang telah memegang teguh norma kelompoknya akan sulit diubah sikapnya secara inkongkruen tetapi lebih mudah dirubah secara kongruen dengan cara diberi arahan dan pengetahuan atau pengalaman oleh kelompoknya
5.      Komponen Sikap
a.       Komponen kognitif: proses evaluatif (membandingkan, menganalisis,mendayagunakan pengetahuan yang ada untuk memberikan sesuaturangsang) perubahan pada ranah ini akan mempengeruhi sikap
b.      Komponen Afektif: perasaan senang, tidak senang dan perasaanemosional lain sebagai akibat dari proses evaluatif yang dilakukan
c.       Komponen Perilaku: sikap selalu diikuti dengan kecenderungan untukberpoila perilaku tertentu (disonansi sikap: ketidakcocokan perilaku seseorang dengan sikapnya
B.     Kategorisasi dan Stereotipe
Kategorisasi adalah proses pengambilan keputusan dengan jalan mengelompokkan benda ke dalam kelompok tertentu. Kategorisasi pada dasarnya merupakan proses kognitif yang netral; artinya, menetapkan benda dalam kategori tertentu; individu tidak ikut menilai. Kalaupun memberikan penilaian, baik langsung maupun tidak langsung melalui proses pelaziman (conditioning), kemungkinan besar gagasan atau gambaran negative akan melekat atau menetap pada orang tersebut.  
Stereotipe adalah tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/ golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. Banyak definisi stereotype yang dikemukakan oleh para ahli, kalau boleh disimpulkan, stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual. Kelimpik-kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotip tidak memandang individu-individu dalam kelompok tersebut sebagai orang atau individu yang unik.
Contoh stereotip :
Ø Laki-laki berpikir logis
Ø Wanita bersikap mental
Ø Orang berkaca mata minus jenius
Ø Orang batak kasar
Ø Orang padang pelit
Ø Orang jawa halus-pembawaan
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya stereotip antara lain:
1.      Sebagai manusia kita cenderung membagi dunia ini ke dalam dua kategori : kita dan mereka. Karena kita kekurangan informasi mengenai mereka, kita cenderung menyamaratakan mereka semua, dan mengangap mereka sebagai homogen.
2.      Stereotip tampaknya bersumber dari kecenderungan kita untuk melakukan kerja kognitif sedikit mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Dengan kata lain, stereotip menyebabkan persepsi selektif tentang orang-orang dan segala sesuatu disekitar kita.
Stereotip dapat membuat informasi yang kita terima tidak akurat. Pada umumnya, stereotip bersifat negative. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan di kepala kita, namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan manusia. Stereotip dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itu sendiri. Contoh dalam konteks komunikasi lintas budaya misalnya, kita melakukan persepsi stereotip terhadap orang padang bahwa orang padang itu pelit. Lewat stereotip itu, kita memperlakukan semua orang padang sebagai orang yang pelit tanpa memandang pribadi atau keunikan masing-masing individu. Orang padang yang kita perlakukan sebagai orang yang pelit mungkin akan tersinggung dan memungkinkan munculnya konflik. Atau misal stereotip terhadap orang batak bahwa mereka itu kasar. Dengan adanya persepsi itu, kita yang tidak suka terhadap orang yang kasar selalu berusaha menghindari komunikasi dengan orang batak sehingga komunikasi dengan orang batak tidak dapat berlangsung lancar dan efektif. Stereotip terhadap orang afrika-negro yang negatif menyebabkan mereka terbiasa diperlakukan sebagai kriminal. Contohnya, di Amerika bila seseorang (kulit putih) kebetulan berada satu tempat/ruang dengan orang negro mereka akan , secara refleks, melindungi tas atau barang mereka, karena menggangap orang negro tersebut adalah seorang pencuri. Namun, belakangan, stereotip terhadap orang negro sudah mulai berkurang terleih sejak presiden amerika saat ini juga keturunan negro. Orang Indonesia sendiri di mata dunia juga sering distereotipkan sebagai orang-orang ’anarkis’ , ’bodoh’, konservatif-primitif, dll.
C.    Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka adalah pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang karena kurangnya pengetahuan, pengertian, dan fakta kehidupan yang menunjukkan pada sikap ketidakadilan.
Diskriminasi adalah perlakuan yagn sifatnya membeda-bedakan antara sesame warga Negara karena pengaruh keturunan, suku, warna kulit dan agama
D.    Sebab-sebab Terjadinya Prasangka
Prasangka merupakan salah satu fenomena yang hanya bisa ditemui dalam kehidupan sosial. Munculnya prasangka merupakan akibat dari adanya kontak-kontak sosial antara berbagai individu di dalam masyarakat. Seseorang tidak mungkin berprasangka bila tidak pernah mengalami kontak sosial dengan individu lain. Akan tetapi prasangka tidak semata-mata dimunculkan oleh faktor sosial. Faktor kepribadian turut berperan dalam menciptakan apakah seseorang mudah berprasangka atau tidak. Walaupun faktor sosial sangat menunjang untuk menciptakan prasangka, belum tentu seseorang akan berprasangka karena masih tergantung pada tipe kepribadian yang dimiliki, apakah ia memiliki tipe kepribadian berkecenderungan berprasangka atau tidak. Lalu manakah yang lebih penting faktor sosial atau faktor kepribadian dalam menciptakan prasangka? Jawabannya bisa keduanya sama penting atau bisa salah satu lebih penting. Apabila tekanan dalam melihat prasangka adalah konteks sosialnya, tentu saja faktor sosial merupakan faktor terpenting. Sedangkan bila konteks individu yang ditekankan, maka faktor individual bisa jadi dinilai lebih penting.
Ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka, yaitu sebagai berikut.
a.       Pendekatan Historis
Didasarkan atas teori Pertentangan Kelas yaitu menyalahkan kelas rendah yang imperior, dimana mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah).
b.      Pendekatan Sosiokultural dan Situasional
Meliputi mobilitas sosial, konflik antar kelompok, stigma perkantoran dan sosialisasi.
c.       Pendekatan Kepribadian
Teori ini menekankan kepada faktor kepriadian sebagai penyebab prasangka (Teori Frustasi Agresi).
d.      Pendekatan Fenomenologis
Ditekankan bagaimana individu memandang/mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka.
e.       Pendekatan Naïve
Menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti objek prasangka dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
E.     Mengatasi dan Mengurangi Prasangka
Usaha untuk mengatasi dan mengurangi prasangka yaitu sebagai berikut:
1.      Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2.      Melalui pendidikan anak
3.      Mengadakan kontak di antara dua kelompok yang berprasangka
4.      Permainan peran
5.      Perluasan kesempatan belajar
6.      Sikap terbuka dan sikap lapang
7.      Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak menjadi fanatic.
8.      Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda:
i)           contact hypothesispandangan bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat efektif mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi di bawah kondisi-kondisi tertentu.
ii)         extended contact hypothesis—sebuah pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompok out-group dapat mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut.
9.      Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari kategorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari in-group.
10.  Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka, pelatihan (belajar untuk mengatakan “tidak” pada stereotype).
11.  Pengaruh social untuk mengurangi prasangka.
F.     Prasangka dan Integrasi Masyarakat
Integrasi adalah kerja sama dari seluruh anggota masyarakat secara keseluruhan, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi.
Bentuk-bentuk  akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat dari prasangka, meliputi empat dasar sistem, yaitu:
a.       Sistem budaya, seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 1994
b.      Sistem sosial, seperti kolektif-kolektif sosial dalam segala bidang
c.       Sistem kepribadian, terwujud sebagai pola-pola penglihatan (persepsi), perasaan, pola-pola penilaian yang dianggap pola-pola keindonesian
d.      Sistem organik jasmaniah, di mana nasion tidak didasarkan atas persamaan ras.
Dalam hal ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-  sikap prasangka di antara anggota msyarakat secara keseluruhan. Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu untuk mewujudkan integrasi bangsa pada bangsa yang majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme integrasi sosial dalam masyarakat senantiasa terkait dengan dua landasan berikut :
- Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
- Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
            Sehingga definisi dari integrasi sosial dalam masyarakat dapat diartikan sebagai kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan, berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-sikap prasangka di antara anggota msyarakat secara keseluruhan.

            Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan.
            Integrasi sosial dalam masyarakat dapat dicapai apabila unsur-unsur sosial saling berinteraksi.Selain itu norma-norma sosial dan adat istiadat yang baik turut menjadi penunjang untuk mencapai integrasi sosial tersebut. Hal ini dikarenakan norma-norma sosial dan adat istiadat merupakan unsur yang mengatur perilaku dengan mengadakan tuntutan mengenai bagaimana orang harus bertingkah laku.

            Namun demikian tercapainya integrasi sosial dalam masyarakat memerlukan pengorbananm, baik pengorbanan perasaan, maupun pengrobanan materil. Dasar dari pengorbanan adalah langkah penyesuaian antara perbedaan perasaan, keinginan, ukuran dan penilaian di dalam masyarakat tersebut.  Maka dari itu norma sosial sebagai acuan bertindak dan berprilaku dalam masyarakat akan memberikan pedoman untuk seorang bagaimana bersosialisasi dalam masyarakat.

            Adapun faktor - faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi integrasi sosial dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:
-Faktor interna
l: kesadaran diri sebagai makhluk sosial, tuntutan kebutuhan, dan semangat gotong royong.
-Faktor eksternal: tuntutan perkembangan zaman, persamaan kebudayaan, terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama, persaman visi, misi, dan tujuan, sikap toleransi, adanya kosensus nilai, dan adanya tantangan dari luar

BAB III
KESIMPULAN
Prasangka merupakan sikap sosial, yaitu kecenderungan (yang bersifat perasaan dan pandangan) untuk berespon (positif/negatif) terhadap orang, objek, atau situasi. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Seorang individu atau kelompak yang mempunyai prasangka terhadap individu/kelompok lain akan memandang segala fakta yang baik akan menjdi propaganda.
Sikap merupakan reaksi atao respon seseorang terhadap suatu obyek tertentu yang mengandung suatu pemikiran baik atau buruk, setuju atau tidak setuju karena adanya stimulus dari luar yang mengakibatkan suatu tindakan tertentu.
Terbentuknya prasangka itu sendiri terbentuk dalam masa perkembangan seseorang bukan di bawa sejak lahir dan sama halnya dengan sikap. Karna terbentuknya pada masa perkembangan seseorang maka orang tua di anggap guru utama Prasangka pada saat seseorang masih usia dini. Selain itu teman juga seseorang yang mempengarui prasangaka pada saat dalam usia sekolah.dan lingkunngan sekitar menjadi pengaruh prasangka pada usia dewasa dan tua.
Kategorisasi adalah proses pengambilan keputusan dengan jalan mengelompokkan benda ke dalam kelompok tertentu. Kategorisasi pada dasarnya merupakan proses kognitif yang netral; artinya, menetapkan benda dalam kategori tertentu; individu tidak ikut menilai. Kalaupun memberikan penilaian, baik langsung maupun tidak langsung melalui proses pelaziman (conditioning), kemungkinan besar gagasan atau gambaran negative akan melekat atau menetap pada orang tersebut.  
Stereotipe adalah tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/ golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Diskriminasi adalah perlakuan yagn sifatnya membeda-bedakan antara sesame warga Negara karena pengaruh keturunan, suku, warna kulit dan agama
Integrasi adalah kerja sama dari seluruh anggota masyarakat secara keseluruhan, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi.
 
sumber:
 http://igfandyjayanto.blogspot.co.id/2012/06/prasangka-diskriminasi-integrasi.html